Akhir Penantian
Karya :
Niki Rurut Putri Maharani
Angin malam
yang dingin membuat bulu kuduk ku berdiri satu persatu. Saat itu aku merasakan
getaran yang ada di saku ku, ternyata ada sms masuk. Ku buka pesan itu, tapi
sepertinya nomer itu asing buat aku. Aku berpikir lama, tapi kenapa orang itu
tahu namaku ? padahal aku tidak mengenalnya, aku menjadi tambah penasaran.
Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Kemudian, aku bertanya siapa
namanya. Ternyata dia senior di sekolahku. Dia bernama Angga. Sebenarnya akupun
udah lama mengenal Angga sejak kelas 7. Tapi, aku baru deket sama dia akhir
kelas 8 mau naik ke kelas 9.
#Flash back on
Saat itu aku
baru kelas 7 awal aku masuk SMPN 1 Kalasan. Setengah tahun ku nikmati
hari-hariku di SMP tiba-tiba ujian semester 1 pun datang. Hatiku deg-degan
untuk menghadapi ujian ini. Tapi, di dalam hati aku yakin bahwa aku pasti bisa
! Hari pertama aku memasuki ruangan ujian. Tempat duduk ujian diacak dengan
kakak kelas, jadi secara otomatis temen sebangku ku yaitu kakak kelas. Ku lihat
satu persatu semua kakak kelas yang ada di ruangan ujianku. Tiba-tiba mataku
mengarah pada satu cowok yang sedang duduk dibelakang sambil bersenda gurau
dengan temannya. Tatapannya pun tajam. Dengan cepat, aku jadi ngefens sama dia, dia bagaikan idolaku. Tapi saat itu
aku belum punya niat jauh untuk lebih dekat dengannya.
#Flash back off
Detik demi detik waktu berjalan, dan aku semakin akrab
dengan Mas Angga. Nggak tau kenapa saat ada dia, aku merasa sangat nyaman.
Tapi, saat aku kenal Mas Angga, waktu berjalan secepat mungkin untuk
memisahkanku dengannya. Dia meninggalkan tempat saat kita bertemu. Tapi kenapa
hati ini tak rela untuk jauh dengannya ? Rasanya sedih banget harus berpisah
sekolah dengan Mas Angga. Tapi ya gimana lagi, aku nggak bisa berbuat apa-apa.
Pelajaran pun berlalu, aku duduk di bangku ku sambil
megang hp dengan wajah seperti orang jatuh cinta. Membaca sms dari Mas Angga
membuatku tersenyum sendiri. Nggak nyangka ternayata teman sekelasku, Arif tau
kalau aku baru deket sama Mas Angga.
Waktu dikelas, temenku si
Arif tanya sama aku.
“Koe lagi cedhak karo Angga to?”, tanya Arif.
“Kok koe ngerti?”
“Ngerti no mung Angga njaluk nomermu neng aku.”, kata Arif.
“La koe milih Angga, Bowo, opo Oka?”, tanya Arif lagi.
Aku cuma
senyum-senyum sendiri, di pikiranku cuma ada Mas Angga seorang, sepertiya aku
tlah melupakan semua orang yang aku suka karna Mas Angga. Apa istimewanya Mas
Angga? Aku pun tidak tau apa hal istimewa dari Mas Angga. Cukup lama aku
mengenal Angga, hatiku memutuskan kalok aku suka sama dia, entah mengapa
perasaan ini tiba-tiba datang dengan sendirinya.
Waktu pulang sekolah handphone yang ada di meja ruang tamupun
berbunyi, feelingku berkata kalok
yang sms itu dari Mas Angga. Waktu aku buka pesan itu, ternyata bener Mas Angga
yang sms. Rasanya seneng banget, seperti bunga mawar yang layu menjadi segar
kembali setelah mendapatkan air. Begitupun juga aku.
“Dek?”, kata Angga.
“Iya mas. Ada apa ?hehe”, jawabku.
“Gakpapa kok, pengen sms aja. Lagi
apa kamu ?”
“Emmmm…lagi apaa yaa. Lagi tiduran
aja. Lha masnya ? :p “
“Lagi mikirin kamu, hehe “
“Aaaaa gombal banget e Mas Angga
tuuu.. “
Sebenernya, waktu dia jawab gitu
jantungkupun berdegup dengan kencang. Sepertinya mau copot.. Aku jadi
senyum-senyum sendiri baca sms dari Angga.
Tiba-tiba dari sudut ruang tamu ibuku
melihat aku senyum-senyum sendiri.
“Edan
po dek, kok ngguyu dew ?”, tanya Ibuku.
Aku nggak bisa jawab apa-apa. Aku
jadi mati kutu mendengar perkataan ibuku. Rasanya malu banget sampai ketauan
sama ibu. Kemudian, ku buka lagi pesan dari Angga.
“Hehehe, beneran dek. Nggak percaya
yaudah :p udah maem dek?”
“Yadeh terserah kamu aja J. Udah mas. Lha masnya
udah maem?”
Lama banget aku nunggu balesan dari
dia, dan smsannya berakhir sampai itu aja. Padahal dari hati aku pengen banget
smsan sama dia. Rasanya hanya dia yang mampu menjadi penyemangatku, pikirku
dalam hati.
Pada saat itu, dia membuat pengakuan. Sepertinya bisa
disebut pengakuan terlarang. Dia bilang, katanya dia suka sama aku. Waktu dia
bilang gitu rasanya seneng banget. Hatiku seperti melayang-layang di udara.
Ternyata perasaan ku ke dia sama. Seperti apa yang kurasakan dulu, tapi ini
lebih istimewa dari yang dulu. Dan dengan pengakuan itu, aku menjadi tambah
berharap untuk menjalin hubungan dengannya.
Semenjak aku kenal twitter, aku jadi sering twitteran.
Aku selalu ngestalking tempat Mas
Angga. Dengan kagetnya, ternyata dia juga baru deket sama cewek lain. Rasanya
sakit banget. Habis bilang suka ternyata di belakangku dia juga baru deket sama
cewek lain, namanya Kiki. Emang itu hak dia, tapikan nggak wajarlah. Dan
rasanya tu habis terbang melayang di udara dan tiba-tiba jatuh. Sakit banget
kan? Dan saat itulah aku menjadi kecewa dengan Angga. Dengan kejadian itu,
hubungan ku sama dia menjadi renggang. Dan setiap aku inget Mas Angga,
tiba-tiba air mataku mengalir.
Matahari
mulai menyembunyikan badannya, kususuri jalan Jogja-Solo dengan ibuku. Di
tengah keramaian kota Jogja, tiba-tiba aku teringat dengan Mas Angga. Rasanya
kangen banget sama dia. Tiba-tiba handphone ku bergetar. Ternyata ada pesan
dari Mas Angga, rasanya seneng banget rasa kangen ini terobati.
“Aku habis kecelakaan
dek.”,kata Angga.
Dan seperti nafasku
terhenti pada saat itu juga. Rasanya shock
banget mendengar berita itu.
“Kok bisa? Parah nggak ?
Terus gimana?”, tanya ku ketakutan.
“Nggak parah kok
dek.”,jawabnya.
“Syukur deh, Get Well Soon ya :*”, balasku.
Hatiku cukup lega
mendengar jawabannya. Tapi, setelah kecelakaan itu dia udah nggak pernah sms
aku. Rasanya nggak rela buat jauh dengan dia. Dan harapanku pun pupus. Dan aku
mengambil keputusan untuk melupakanya daripada aku harus menangis setiap waktu
karna dia.
Beberapa bulan berlalu
Setelah lama
tidak bertemu dengan Mas Angga sekarang aku bertemu lagi dengannya di GOR UNY.
Rasanya seneng banget ketemu dia waktu nonton pertandingan basket antar
sekolah, biasa disebut JRBL, dan dia juga menjadi supporter SMP ku walaupun dia
udah lulus dan dia sekarang duduk di bangku SMA. Setiap saat pandangan mataku
mengarah ke dia. Tapi aku sadar, bahwa hal yang kita inginkan tidak harus kita
miliki. Begitupun juga Mas Angga. Aku memang tidak sempat untuk memilikinya
sebagai kekasihku, tapi aku merasa bangga bisa mengenalnya.
0 komentar:
Posting Komentar